Sabtu, 25 Agustus 2012

Sinopsis Novel Twilight



Twilight movie poster arsitektur magz Hoke House, Rumah Keluarga Cullen dalam Film Twilight Setelah kedua orang tuanya bercerai, Isabella Swan memutuskan untuk tinggal bersama ayah kandungnya, Charlie Swan, di sebuah kota kecil dengan curah hujan yang cukup tinggi, Forks.

Hari pertama kepindahannya ke sebuah SMU di pusat kota, dipenuhi oleh puluhan bahkan ratusan nama orang-orang yang mencoba dekat ataupun hanya sekedar berbasa-basi menawarkan keramahan. Tetapi dari sekian banyak nama, yang bahkan ia sendiri tak mampu mengingatnya satu persatu, hanya sebuah nama yang menarik perhatiannya, CULLEN.

Cullen adalah sebuah keluarga yang terdiri dari DR. Carlisle Cullen, Mrs. Esme Cullen, dan keempat anaknya Emmet, Rosalie, Alice dan Edward Cullen. Nama terakhir itulah yang membuat Isabella Swann  tertarik, bahkan mungkin terpesona. Semua anggota keluarga Cullen memiliki wajah yang luar biasa rupawan, kulit seputih marmer, mata keperakan setajam elang, juga rambut yang berkilau-kilau. Tetapi fisik bukan alasan utama ketertarikan Bella terhadap keluarga Cullen, melainkan sisi kelam yang entah datang dari mana dan entah mengapa sepertinya hanya Bella yang menyadarinya. Ia bergidik saat matanya bertemu pandang dengan Edward Cullen, mengerikan sekaligus memabukan, batinnya.

Kelas berikutnya adalah kelas biologi, Bella terkejut ketika menyadari bahwa partnernya dalam pelajaran Biologi adalah Edward Cullen. Duduk tepat di sebelah Edward Cullen membuat sedikit banyak pengindraannya musnah, membuat otaknya enggan menyerap materi pembelajaran. Tanpa sengaja ia melihat mata Edward Cullen yang berwarna keemasan berubah menjadi hitam kelam. Ia kembali bergidik, ekspresi yang terpancar dari wajah Cullen sangat mengerikan.

Setelah insiden di ruang biologi, Bella tidak melihat Edward Cullen selama beberapa minggu. Tidak juga seluruh anggota keluarga Cullen. Di kelas berikutnya Bella kembali melihat Edward di kelas biologi, kali ini dengan ekspresi yang lebih ramah dan mata yang jauh lebih hangat. Pertemuan terakhir itu meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati Bella, ia memimpikan Edward Cullen di setiap tidurnya.

Ketertarikan Bella terhadap Edward semakin menjadi, terutama ketika Edward berhasil menyelamatlkan Bella dari kecelakaan maut yang hampir merenggut nyawa Bella. Tetapi ketertarikan tersebut berubah menjadi kecurigaan ketika Bella menyadari ada yang aneh dengan diri pria yang dipujanya selama ini, bukan kulitnya yang terlalu pucat, bukan juga warna matanya yang sering kali berubah lebih kelam, tetapi ada sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih besar yang keluarga Cullen coba sembunyikan dari Bella juga dari semua oerang disekitar mereka.

Kombinasi aneh antara rasa kagum dan kecurigaan membuat Bella semakin ingin lebih dekat dan mengungkap semua rahasia keluarga Cullen terutama Edward Cullen.

Tingkah Edward semakin aneh setelah kecelakaan tersebut, jangankan menyapa Bella, bertemu dalam radius 20 meter dari jarak pandang Bella-pun Ia enggan. Di kelas biologi, Edward nyaris tidak mengucapkan sepatah-katapun, Ia diam seribu bahasa, Bella benar-benar merasa terabaikan. Ia kecewa meskipun ia sendiri masih tidak tau apa yang sebenarnya menyebabkan Edward mengabaikan dirinya.

Seperti Edward yang mengabaikan Bella, Bella-pun mencoba mengabaikan Edward. Ia berusaha melupakan semua yang pernah ia rasakan terhadap Edward, kagum, ingin tahu, terpesona, semua ia musnahkan. Nyatanya menghapus nama Edward Cullen dari dalam benaknya lebih sulit dari apa yang ia bayangkan, ia masih memimpikan mahluk tampan berkulit seputih marmer itu.

Hingga suatu hari seusai kelas biologi, tanpa disangka tanpa di duga, Edward datang menemui Bella. Bella yang sudah bertekad akan melupakan mahluk tersebut tidak menggubris kedatangan Edward, ia mengacuhkannya. Tetapi akhirnya Edward berhasil meyakinkan Bella, bahwa ia sudah lelah berusaha menjauhi Bella. Dan usahanya menjauhi Bella bukan karena ia tidak menginginkan Bella, tetapi itu ia lakukan justru demi kebaikan Bella sendiri.

Adward mengantar Bella pulang, diperjalanan pulang, Edward mulai terbuka terhadap Bella. Edward menceritakan beberapa hal yang ingin diketahui Bella, meskipun itu hanya menjawab sedikit dari sekian banyak pertanyaan yang berkecamuk dibenaknya, Bella cukup puas. Setidaknya ia mengatahui perasaan Edward yang sebenarnya bahwa ia tidak membenci Bella.

Di akhir pekan Bella bersama kedua temannya, Jessica Stanley dan Angela Weber pergi ke Port Angels untuk mencari gaun yang akan dikenakan Jessica dan Angela di acara Prom. Dan untuk kedua-kalinya Edward datang menyelamatkan Bella, ketika Bella sedang berusaha melarikan diri dari segerombolan preman yang berusaha mengganggunya. Edward mengantar Bella pulang, sementara Jessica diantar pulang oleh Angela.

Dalam perjalanan pulang dari Port Angels itulah Edward menceritakan segalanya, tentang siapa dirinya. Awalnya Bella terkejut ketika Edward mengatakan bahwa ia dan seluruh anggota keluarga Cullen bukan manusia biasa, melainkan vampir, tetapi kemudian ia dapat menguasai keadaan. Ia mencintai Edward dan ia tidak menganggap perihal vampir dan non-fampir itu tidak penting.

Akhirnya Edward menceritakan semua yang ingin diketahui Bella, mengenai siapa dirinya, bagaimana ia menjadi vampir, juga mengapa ia dan keluarganya tidak menghisap darah manusia. Setelah menceritakan semuanya Edward memberikan kesempatan kedua untuk Bella,
” Larilah Bella, aku tidak sesempurna yang kau bayangkan.”

Tetapi Bella bergeming, ia sudah terlanjur mencintai Edward dan ia tidak peduli siapa sebenarnya Edward karena ia yakin Edward tidak akan melukai Bella.

Keesokan harinya Edward memutuskan untuk memperkenalkan Bella kepada anggota keluarganya yang lain. Semuanya menerima Bella dengan tangan terbuka, kecuali Rosalie Cullen, kakak perempuan Edward yang luar biasa cantik dengan ramput pirangnya yang entah mengapa terlihat sangat membenci Bella. Tetapi, lagi-lagi Bella tidak menghiraukannya, karena yang terpenting adalah Edward. Dalam waktu singkat, Bella sudah bersahabat baik dengan adik perempuan Edward, Alice, yang ternyata memiliki kemampuan khusus berupa penglihatan terhadap masa depan. Carlisle dan Esme Cullen, orang tua Edward sangat berterima-kasih kepada Bella, karena Bella mampu merubah edward.

Di akhir pekan, Edward mengajak Bella bertamasya bersama seluruh keluarganya. Mereka bermain soft-ball di lapangan luas yang jaraknya cukup jauh dari Forks. Bella merasa nyaman berada di sekeliling keluarga Edward, mereka tidak terlihat menakutkan apalagi berbahaya. Emmet dan Jasper, saudara lelaki Edward juga tampak terbuka menerima Bella.

Ketika mereka tengah asyik bersenang-senang, tiba-tiba mata Edward menggelap, ekspresinya menjadi lebih menyeramkan dari apa yang sanggup dibayangkan Bella. Ternyata, beberapa saat kemudian muncul tiga vampir haus darah James, Victoria dan Laurent. Awalnya mereka hanya ingin beramah-tamah dengan keluarga Cullen, tetapi kemudian ketika tiba-tiba angin bertiup ke arah Bella, mereka dapat mencium bau Bella dan mengenali Bella sebagai manusia. Mereka sangat terkejut ada manusia di tengah-tengah keluarga Cullen, tetapi mereka tidak berani menyerang, karena jumlah dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan keluarga Cullen.

Edward yang bisa membaca pikiran orang-orang yang ada disekitarnya, segera melarikan Bella karena ia mencium rencana mengerikan yang berkelebatan di benak James. Di lain pihak Carlisle, Rosali, Jasper dan Esme mengundang ketiga vampir itu untuk mengalihkan perhatian mereka. Tetapi rencana mereka gagal karena James berhasil lolos dari pengawasan, James bertekad ia akan menghisap darah Bella sampai habis. Bukan karena dahaga, tetapi perlindungan keluarga Cullen yang begitu possesive terhadap Bella-lah yang membuat James tertantang untuk membunuh Bella.

Alice menyembunyikan Bella ke Seattle, tetapi James berhasil menipu semuanya. James mengobrak-abrik rencana mereka, ia berhasil mendapatkan Bella, dan hampir membunuh Bella tepat sebelum Edward datang menyelamatkan Bella. Bella terluka parah, tubuhnya bersimbah darah, belasan tulangnya patah, tetapi nyawanya berhasil di selamatkan.

Setelah kejadian itu, Edward bersumpah akan melindungi Bella. Ia tidak akan membiarkan kejadian itu terulang untuk yang kedua kalinya.

Jumat, 24 Agustus 2012

Sinopsis Novel Sang Pemimpi


Novel ini adalah novel kedua dari tetralogi Laskar pelangi karya Andrea Hirata. Sang Pemimpiadalah sebuah kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, selin itu juga memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Andrea berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran di mana pembaca akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. Selayaknya kenakalan remaja biasa, tetapi kemudian tanpa disadari kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi.
Tiga orang pemimpi. Setelah tamat SMP, melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal salah satu dari anggota Laskar Pelangi dan Arai yang merupakan saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD dan tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal, dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama mereka. Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun Ikal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di Perguruan tinggi Sorbone, Prancis. Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Kedua sang pemimpi ini diterima di Universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Di sinilah perjuangan dari mimpi itu dimulai, dan siap melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.

Sinopsois Novel Laskar Pelangi

Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ yang mencoba memperbaiki masa depan mereka.

SD Muhammadiyah (sekolah penulis ini), tampak begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.

Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor.

Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo berassehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.

Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.

Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.

Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.

Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia. 

Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya.

Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. 

Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.

Banyak hal-hal inspiratif yang dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan contoh dan membesarkan hati. Buku ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas. Paling tidak laskar pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang pahlawan tanpa tanda jasa.